PinFunPapua.com, Manokwari – Negara Indonesia masuk dalam urutan ke-3 didunia yang frekuensi bencana alam tertinggi akibat Perubahan iklim. Sehingga menjadi perhatian Presiden RI Joko Widodo.
Penjabat Gubernur Provinsi Papua Barat Komjen Pol (Purn) Dr Paulus Waterpauw M.Si mengatakan Presiden RI Joko Widodo dalam arahannya untuk seluruh Kepala Daerah di Indonesia untuk siaga dan waspada terhadap perubahan iklim.
“ Saat ini dunia bukan lagi khawatir dengan Pandemi Covid-19, bukan lagi khawatir masalah peperangan tetpi saat ini dunia sedang sangat khawatir, tentang perubahan iklim lebih mengerikan dan ditakuti berbagai negara saat,” ungkap Pj Gubernur Drs Paulus Waterpauw.
Perubahan Iklim telah menyebabkan frekwensi bencana alam di dunia yang dratis tentunya. Pastinya kita sama-sama sudah mengikutinya di media sosial tentang bagaimana keadaan perubahan itu.
“ Sampai dengan informasi-informasi tentang patahan bumi yang terakhir diperkirakan disekitar perairan Arafuru yang mengakibatkan dampak kemungkinan terbesar ke depan di Indonesia bagian timur,” ucapnya.
Indonesia saat ini sudah menempati negara no 3 di dunia yang frekuensi bencananya sangat tinggi. Presiden menginggatkan kita tentang kenaikkan frekuensi ke angka 100 persen dan kita sudah berada di 81 persen, sehingga sudah sangat dasyat bencana yang terjadi di Indonesia.
“ Tahun 2010 ada 1.945 bencana, sementara 2022 ada 3.544 bencana. Presiden menginggatkan Pemerintah tidak hanya mengurus banjir, gunung berapi, tanah longsor, tetapi yang sering terjadi adalah gempa bumi, bencana alam tetapi juga non alam yang sudah terjadi. oleh sebab itu Presiden mengingatkan untuk kita siaga dan waspada,” tandasnya.
Pj Gubernur memerintahkan sekda beserta pimpinan OPD dan dinas Badan enanggulangan bencana, kita duduk bersama-sama untuk segera menyiapkan tahapan-tahapan dan juga bapak Presiden mengingatkan bagaimana langkah-langkah pra bencana, kemudian tanggap darurat dan juga pasca bencana,
Untuk itu bagaimana kita buat langkah-langkah tahapan pra bencana, tanggap darurat dan juga pasca bencana. Namun hingga saat ini kita masih sibuk di tahap tanggap darurat, padahal tahap pra bencana itu yang penting
“ Nanti kita harus bikin konsep dan pelatihan bersama dalam rangka menyiapkan petugas kita dalam menghadapi bencana, kita inventarisir kemungkinan besar yang akan terjadi di Papua barat,” pungkasnya. (PFP-05)