
MANOKWARI, PinFunPapua.com – Rumah Sakit Provinsi Papua Barat kini resmi membuka layanan cuci darah atau hemodialisis, menjadi angin segar bagi pasien gagal ginjal di daerah ini. Layanan tersebut memungkinkan pasien tidak lagi harus keluar Papua Barat untuk mendapatkan perawatan, sekaligus menekan risiko kematian akibat keterbatasan fasilitas.
Direktur RS Provinsi Papua Barat, dr. Arnoldus Tiniap, menjelaskan bahwa kasus gagal ginjal di Manokwari dan sekitarnya cukup tinggi, bahkan menyerang pasien usia muda. “Banyak pasien dirawat di ICU dalam kondisi kritis. Mereka membutuhkan peralatan lengkap seperti alat bantu napas dan pemantau fungsi jantung. Sebelumnya, karena keterbatasan fasilitas, banyak pasien gagal ginjal meninggal,” ujarnya.
Sejak dibuka pada tahun 2022, layanan cuci darah di RS Provinsi Papua Barat telah mulai menyelamatkan banyak pasien. Dr. Arnoldus menambahkan, kasus gagal ginjal tidak hanya dialami oleh orang tua, tetapi juga pasien berusia 20-an hingga 30-an. Bahkan, pernah terjadi kasus pada seorang siswa SMP kelas dua.
“Puji Tuhan, setelah layanan cuci darah dibuka, banyak pasien mulai tertolong. Bahkan pasien yang sebelumnya dalam kondisi memburuk, langsung membaik setelah menjalani cuci darah hari pertama,” ujar dr. Arnoldus.
Saat ini, rumah sakit memiliki empat unit mesin cuci darah dengan kapasitas maksimal 24 pasien. Satu pasien dapat menjalani cuci darah dua hingga tiga kali dalam seminggu. Dalam melayani pasien, rumah sakit didukung tiga perawat terlatih, dokter umum, dan dokter spesialis.
“Ini masih tahap awal. Tahun depan kami menargetkan penambahan mesin hingga sepuluh unit serta tenaga perawat tambahan, sehingga pelayanan bisa diperluas dan dilakukan hingga malam hari,” terang dr. Arnoldus.
Menurutnya, kehadiran layanan hemodialisis ini sangat penting karena di Papua baru sekitar lima rumah sakit yang menyediakan fasilitas serupa. “Sebelumnya pasien harus dirujuk ke luar daerah, seperti Makassar, Surabaya, atau Medan. Sekarang pasien bisa ditangani di Manokwari, dekat dengan keluarga, dan lebih hemat biaya,” katanya.
Dr. Arnoldus berharap, dengan peningkatan kapasitas dan tenaga medis, layanan cuci darah dapat membantu lebih banyak pasien dan menurunkan angka kematian akibat gagal ginjal di Papua Barat. “Kami berkomitmen menyelamatkan pasien dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan di daerah ini,” tutupnya. (red)