
Manokwari, PinFunPapua.com – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Papua Barat kembali menyelenggarakan Pelatihan Usaha Tani Berkualitas (PETATAS) 2025 pada 7–9 Oktober 2025 di Kampung Udapi Hilir, Distrik Prafi, Kabupaten Manokwari.
Kegiatan tahunan ini telah memasuki penyelenggaraan keempat dan berfokus pada budidaya serta hilirisasi komoditas penyumbang inflasi, sebagai bagian dari pelaksanaan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di Provinsi Papua Barat.
Dalam sambutannya pada pembukaan PETATAS 2025, Kepala Unit FPPUKIS KPwBI Papua Barat, Rayna Ditriano, menjelaskan bahwa pelatihan ini bertujuan memperkuat program pengendalian inflasi, khususnya untuk kelompok bahan pangan bergejolak (volatile foods/VF), serta meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) di sektor pertanian.
“PETATAS diselenggarakan untuk memperkuat implementasi program pengendalian inflasi, menjaga ketahanan pangan, dan mengembangkan kemampuan petani dalam praktik pertanian berkelanjutan,” ujar Rayna.
Kegiatan tersebut turut dihadiri oleh Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Manokwari, Kepala Kampung Udapi Hilir, Kepala BPP Distrik Prafi, serta Perwakilan Polbangtan Manokwari.
Fokus pada Pertanian Organik dan Bio-Economy Nasional
Pada hari pertama, sekitar 100 petani dari Distrik Prafi mengikuti pelatihan bertema Integrated Eco-Farming yang dipandu oleh Mamik Arifin, instruktur pertanian dari Yayasan Anugrah Nusa Bangsa Indonesia, Semarang.
Materi pelatihan menekankan pentingnya praktik pertanian berbasis organik sebagai fondasi bio-economy nasional dalam mewujudkan pangan sehat dan energi bersih. Selain pemaparan teori, peserta juga mengikuti demonstrasi pembuatan pupuk organik berbasis MA-11 dan penggunaan alat pertanian modern.
Di sela-sela kegiatan, peserta mendapat tambahan pelatihan berupa demo memasak pangan lokal yang dibawakan oleh seorang chef dari salah satu hotel di Manokwari, sebagai bentuk penguatan nilai tambah hasil pertanian lokal.
Pelatihan Hilirisasi untuk Kelompok Wanita Tani
Pada hari kedua dan ketiga, sebanyak 30 anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) mengikuti pelatihan hilirisasi produk pertanian yang dipandu oleh Delli Gunarsa, instruktur dari D&D Indonesia.
Selama dua hari, para peserta mempelajari teknik pembuatan produk turunan komoditas inflasi, seperti tomat dan cabai, menjadi sambal, sirup, abon, dan saus kemasan. Pelatihan ini bertujuan agar para anggota KWT dapat meningkatkan nilai ekonomi hasil panen serta berperan dalam menjaga kestabilan harga pangan.
Rayna Ditriano menyebutkan bahwa pengembangan hilirisasi hasil pertanian merupakan langkah strategis untuk menekan fluktuasi harga bahan pangan, meningkatkan pendapatan petani, dan memperkuat ketahanan ekonomi daerah.
“Dengan keterlibatan aktif petani dan kelompok wanita tani, kami berharap masyarakat Papua Barat dapat berkontribusi langsung dalam menjaga stabilitas harga dan pengendalian inflasi, terutama inflasi pangan,” ujarnya.
Dorongan untuk Kemandirian dan Inovasi Petani
Melalui penyelenggaraan PETATAS 2025, Bank Indonesia menegaskan komitmennya dalam mendorong kemandirian, inovasi, dan produktivitas petani lokal, sekaligus memperkuat ekosistem pertanian terpadu di Papua Barat.
Program ini diharapkan tidak hanya berfokus pada peningkatan hasil panen, tetapi juga pada penciptaan rantai nilai pertanian yang berkelanjutan, di mana masyarakat mampu mengolah dan memasarkan produk pertanian secara mandiri.
Kata kunci: PETATAS 2025, Bank Indonesia Papua Barat, Rayna Ditriano, GNPIP, petani Papua Barat, pertanian organik, hilirisasi pertanian, KWT, pengendalian inflasi pangan, bio-economy nasional.
(JN/RLS)