
MANOKWARI, PinFunPapua.com – Anggota DPR RI Komisi IX Dapil Papua Barat, Obet Arik Ayok Rumbruren, menilai Situs Aitumeri di Kabupaten Teluk Wondama memiliki nilai sejarah dan spiritual yang sangat penting bagi masyarakat Papua. Ia mendorong pemerintah daerah dan provinsi untuk bersama-sama mengembangkan kawasan tersebut menjadi situs religi dan tempat wisata rohani, dengan tetap menjaga kesakralannya sebagai tempat kudus.
“Situs Aitumeri termasuk batu peradaban dan bangunan-bangunan peninggalan misionaris yang sangat bersejarah. Pemerintah Kabupaten Wondama dan juga pemerintah provinsi perlu melihatnya sebagai tanggung jawab bersama untuk dikembangkan menjadi tempat wisata rohani,” ujar Obet Rumbruren saat ditemui wartawan di Manokwari, belum lama ini.
Menurutnya, Aitumeri bukan sekadar lokasi sejarah, tetapi tempat yang memiliki nilai kesucian tinggi. Ia menceritakan pengalaman pribadinya saat mendaki bukit Aitumeri. “Ketika saya naik ke atas, kaki saya baik-baik saja. Namun, setelah turun melewati batas tempat sakral, baru saya merasakan kaki gemetar. Dari tempat kudus ke tempat yang tidak kudus terasa sekali perbedaannya,” tuturnya.
Karena itu, Rumbruren mengingatkan bahwa pengembangan situs ini sebagai tempat wisata harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak menodai makna spiritualnya. Ia menegaskan bahwa kawasan tersebut harus diperlakukan secara khusus dan tidak disamakan dengan destinasi wisata biasa.
“Kalau mau dijadikan tempat wisata, jangan disalahgunakan. Harus ada batas yang jelas antara tempat kudus dan tempat biasa. Orang yang datang harus tahu area yang disakralkan. Tempat itu bukan untuk disembah, tetapi dipakai beribadah,” katanya.
Ia juga menyoroti pentingnya peran generasi muda Teluk Wondama untuk menjaga dan merawat situs tersebut. Obet mencontohkan Pulau Mansinam yang sering digunakan untuk perayaan ibadah 5 Februari, tetapi juga dipenuhi pedagang saat acara berlangsung. “Saya berharap hal seperti itu tidak terjadi di Aitumeri. Tempat sakral harus dijaga dan dihormati,” ucapnya.
Selain itu, ia menyarankan agar pemerintah mendukung dengan melakukan renovasi, pembangunan taman, dan pemasangan pagar keliling agar hewan ternak tidak masuk ke area suci.
“Kalau ditata dengan baik, Aitumeri juga bisa menjadi sumber pemasukan daerah, tapi tetap menjaga nilai kekudusannya,” tambah Rumbruren.