Delmita, Tenaga Kesehatan Honorer dari Kramomongga: Mengabdi dengan Hati di Tengah Ketidakpastian

Tenaga Honorer Kesehatan Delmita Yang Mengabdi Di Distrik Kramomonggan ( FOTO : Risman Bauw )

FAKFAK, PinFunPapua.com Aksi demonstrasi yang digelar oleh Aliansi Honorer Non Database Kabupaten Fakfak bukan sekadar unjuk rasa menuntut kejelasan status kepegawaian. Di tengah lantang suara tuntutan keadilan, muncul satu suara lembut yang menyentuh hati. Suara itu datang dari Delmita, seorang tenaga kesehatan honorer yang selama ini mengabdi di Distrik Kramomongga, jauh dari pusat kota dan sorotan publik.

Delmita bukan hanya peserta aksi biasa. Ia adalah representasi dari wajah kemanusiaan yang bersahaja, bekerja tanpa pamrih di wilayah terpencil, dengan satu tujuan: melayani. Ketika diberi kesempatan berbicara di tengah aksi, ia tidak berbicara untuk dirinya sendiri, melainkan menyemangati rekan-rekannya yang turut berjuang.

“Kita berjuang sama-sama. Bahkan kalau kita dirumahkan, tidak apa-apa, tidak masalah. Kita di sini melayani dengan hati,” ucap Delmita, disambut haru oleh peserta aksi lainnya.

Dalam kesaksiannya yang penuh emosi, Delmita mengisahkan kehidupan sehari-harinya di Kramomongga. Ia membuka pintu rumahnya tanpa batas waktu bagi warga yang membutuhkan pertolongan medis, tanpa mengeluh, tanpa menuntut imbalan. Semua dilakukan dengan ketulusan.

“Di Kramomongga, hampir setiap hari ada yang datang ketuk pintu rumah saya. Dan saya tetap layani dengan hati. Saya tidak pernah memandang itu beban, walaupun saya bukan orang asli di sini,” tuturnya dengan suara bergetar.

Delmita berasal dari Sulawesi Selatan. Ia rela meninggalkan kampung halaman dan keluarganya demi menjalani panggilan pengabdian di Fakfak. Dalam perjalanannya, tanah tempat ia bertugas kini telah menjadi rumah kedua, tempat di mana ia merasa dibutuhkan dan dihargai.

“Saya sudah anggap ini kampung saya sendiri. Saya tinggalkan keluarga saya di Sulawesi Selatan untuk datang dan mengabdi di sini,” lanjutnya.

Pesan Delmita tidak hanya menjadi penyemangat bagi rekan-rekannya, tetapi juga menjadi cerminan dari perjuangan ribuan tenaga honorer non-database di seluruh pelosok negeri. Di tengah ketidakpastian status kepegawaian, mereka tetap memilih untuk mengabdi, berlandaskan nurani dan kemanusiaan.

“Saya mau teman-teman yang lain lebih semangat dari saya. Dirumahkan tidak masalah, yang penting pelayanan tetap jalan dengan hati nurani kita,” tutupnya.

Kisah Delmita menjadi pengingat bahwa di balik data dan angka-angka administrasi, terdapat manusia-manusia luar biasa yang terus bekerja dalam diam. Suaranya hari ini bukan hanya untuk Kramomongga, bukan hanya untuk Fakfak, tetapi untuk seluruh tenaga honorer di pelosok negeri yang memilih tetap setia pada tugas meski tanpa kepastian. (Risman)

Please follow and like us:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *