
MANOKWARI, PinFunPapua.com — Ketua Majelis Rakyat Papua (MRP) Provinsi Papua Barat, Judson Ferdinandus Waprak, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Asosiasi Majelis Rakyat Papua se-Tanah Papua, mengecam keras tindakan pembakaran mahkota burung cenderawasih yang viral di media sosial. Ia menilai tindakan tersebut sebagai bentuk nyata penghinaan terhadap simbol budaya dan pelanggaran hak-hak adat orang asli Papua.
“Mahkota burung cenderawasih bukan hanya atribut budaya — itu adalah simbol identitas, kehormatan, dan warisan leluhur orang asli Papua. Tindakan pembakaran terhadap simbol ini merupakan bentuk pelecehan terhadap seluruh masyarakat adat Papua,” tegas Judson Ferdinandus Waprak di Manokwari, Rabu (22/10/2025).
Menurutnya, perbuatan seperti itu berpotensi menimbulkan ketegangan sosial dan luka kultural yang mendalam bagi masyarakat adat Papua, yang selama ini berjuang mempertahankan jati diri dan nilai-nilai budayanya di tengah arus modernisasi dan tekanan dari luar.
Sikap Resmi MRP Papua Barat
Sebagai lembaga kultural resmi yang memiliki mandat konstitusional untuk melindungi hak-hak orang asli Papua, MRP Papua Barat menyatakan sikap tegas sebagai berikut:
1. Mengecam keras tindakan pembakaran mahkota burung cenderawasih yang dianggap sebagai penghinaan terhadap martabat budaya orang asli Papua.
2. Menuntut klarifikasi dan permintaan maaf terbuka dari pihak-pihak yang terlibat dalam peristiwa tersebut.
3. Mendorong aparat penegak hukum untuk mengusut tuntas motif dan pelaku secara transparan, agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.
4. Mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk tokoh agama, politik, pemuda, dan media, untuk menjaga serta menghormati simbol-simbol budaya Papua dengan penuh tanggung jawab.
Seruan Asosiasi MRP se-Tanah Papua
Dalam kapasitasnya sebagai Sekretaris Asosiasi MRP se-Tanah Papua, Judson Waprak menegaskan bahwa peristiwa ini menjadi peringatan serius bagi seluruh lembaga kultural di Tanah Papua untuk memperkuat solidaritas dan memperkokoh komitmen dalam melindungi nilai-nilai budaya, adat, dan jati diri orang asli Papua.
“Kami tidak akan diam. Ini bukan sekadar insiden kecil, tetapi penghinaan terhadap sebuah bangsa yang memiliki sejarah, harga diri, dan hak yang dijamin oleh konstitusi,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa dalam waktu dekat, Asosiasi MRP se-Tanah Papua akan melakukan konsolidasi bersama untuk merespons secara kolektif berbagai bentuk pelanggaran hak adat dan pelecehan budaya yang belakangan semakin sering terjadi di wilayah Papua
Komitmen Melindungi Warisan Budaya Papua
MRP Papua Barat menegaskan kembali komitmennya untuk terus berdiri sebagai benteng budaya, penjaga nilai-nilai adat, serta penyambung aspirasi masyarakat asli Papua. Lembaga tersebut juga menyatakan kesiapan untuk bekerja sama dengan semua pihak yang menghormati prinsip keadilan, kesetaraan, dan keberagaman budaya di Tanah Papua.
“Simbol budaya seperti mahkota cenderawasih adalah bagian dari identitas yang harus dijaga bersama. MRP akan terus berjuang agar penghormatan terhadap adat dan budaya Papua menjadi bagian dari kesadaran nasional,” tutup Judson Waprak. (red)