PinFunPapua.com, Fakfak, – Program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) pada November 2023 ini menjadi momen Dinas Kesehatan memberikan pelayanan kesehatan bagi anak sekolah di Papua Barat.
Dinas Kesehatan dalam upaya untuk meningkatkan kekebalan anak usia sekolah, terus digencarkan di bumi Kasuari.
Penanggungjawab Program Imunisasi Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, Hendrik Marisan pada Jum’at, (24/11/23) memberikan edukasi bagi para guru di SD Negeri SP 6 Distrik Bomberay, Fakfak.
Dihadapan para guru, Hendrik menyampaikan, penyakit yang disebabkan virus dan bakteri seperti virus Cacar, Campak, Polio, Hepatitis B, Hepatitis A, Influenza, Haemophilus dan penyakit yang disebabkan bakteri, seperti Pertusis, Difteri, Tetanus, Tuberkulosis, sesungguhnya dapat dicegah dengan imunisasi.
Hendrik menjelaskan, sejumlah penyakit kini digencarkan pencegahannya antara lain, hepatitis B, tuberkulosis, polio, difteri, pertusis, tetanus, campak, rubela, pneumonia atau radang paru, meningitis, kanker leher rahim yang disebabkan infeksi Human Papilloma Virus (HPV), radang otak dan diare yang disebabkan infeksi Rotavirus.
Menurut Hendrik, imunisasi dilakukan pihaknya dengan tujuan membentuk antibodi spesifik terhadap penyakit tertentu.
Ia menyatakan, apabila cakupan imunisasi tinggi dan merata dapat membentuk kekebalan kelompok dan melindungi kelompok masyarakat yang rentan.
“Imunisasi ini adalah pemberian melengkapi untuk imunisasi mereka waktu kecil. Jadi, jika di kelas 1, kelas 2, kalau mereka sudah imunisasi, terakhir di kelas 5 itu sudah lengkap seumur hidup,” katanya.
“Bayi saat lahir diberikan dulu HB0, terus DPT-HB-HIP, campak, rubella. Waktu umur 1 tahun, 2 tahun dikasih DPT-HB-HIP. Pemberian imunisasi di bawah 1 tahun ada HB0, BCG, DPT-HB-HIP, campak, rubella. Nanti sudah di atas 1 tahun sampai 2 tahun sudah mulai kurang pemberian imunisasinya,” terang Hendrik lagi.
Diusia 7 tahun, antibodi anak menurun. Sehingga harus diberikan 2 antigen lagi di SD kelas 1 yaitu Campak Rubella dan Difteri Tetanus.
Selanjutnya, jelas Hendrik, saat kelas 2 lagi, 1 kali pemberian Difteri Tetanus dan kelas 5 terakhir diberikan Difteri Tetanus. Maka sudah lengkap seumur hidup.
“Yang penting tugas kami di Provinsi adalah memastikan dari bayi itu dia lengkap. Harus lengkap status imunisasinya sampai SD kelas 5,” pungkasnya.
Hendrik mengaku, persoalan yang dihadapi adalah waktu bayi status imunisasi tidak lengkap. Sehingga khusus perempuan, waktu hamil anak pertama, anak kedua wajib diberikan imunisasi.
“Karena status imunisasi dari bayi dengan SD itu tidak lengkap. Sehingga yang khusus perempuan itu diimunisasi waktu bayi lagi. Tapi kalau kita memastikan mereka dari bayi dan SD kelas 1, kelas 2, kelas 5 lengkap, sudah lengkap seumur hidup itu waktu kehamilan tidak perlu lagi imunisasi,” rinci Hendrik.
“Kita terakhir berikan di SD ini adalah Difteri Tetanus untuk menjaga mereka punya kesuburan dengan kandungan. Dari dini sudah harus diberikan. Kelas 5 kita berikan supaya dia masih terlindung sampai umur 39 tahun,” tutur Hendrik.
Sedangkan laki-laki, mengingat rentan terkontak dari tetanus yang bisa ditularkan dari mana saja misalkan dari paku, dari bakteri dan lain sebagainya maka perlu juga diimunisasi.
“Sehingga imunisasi itu tujuan untuk memberikan itu. Di program kami di tahun 2023 ini, penambahan namanya vaksin kanker serviks. Vaksin yang kami berikan nanti di kelas 5. Hanya khusus untuk anak kelas 5. Tapi sebenarnya orang dewasa itu juga. Tapi pemerintah tidak bisa mampu kalau membeli vaksin untuk kasih ke dewasa. Jadi hanya bisa diberikan hanya untuk umur 11 tahun,” kata Hendrik.
Ia menuturkan, jika dibeli, harganya Rp2 juta per vaksin. Saat ini pemerintah memberikan vaksin kanker serviks secara gratis, khusus untuk perempuan di kelas 5.
“Kelas 5 kami suntik 2, Ada TD dan HPV untuk pencegahan kanker serviks. Jadi perempuan dapat di kelas 5. Nanti tahun depan, dia dapat di kelas 6. Jadi perempuan dapat 2 dosis. 2 dosis di kelas 1, 1 dosis di kelas 5, 1 dosis di kelas 6,” bebernya.
Hendrik menambahkan, di Provinsi Papua Barat baru memulai untuk penyuntikan HPV. Tahun depan akan disuntikkan di kelas 6 untuk lengkapi 2 dosis.
Vaksin yang digunakan dalam program imunisasi nasional, sudah diakui oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan lulus uji Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM).
Vaksin tersebut aman dan efektif untuk mencegah kesakitan, kecacatan dan bahkan kematian.
Demam ringan, ruam merah, bengkak ringan dan nyeri di tempat suntikan setelah imunisasi adalah reaksi normal yang akan menghilang dalam 2-3 hari, sehingga Hendrik meminta para orang tua tidak kuatir soal imunisasi. ( PFP-01 ).