MANOKWARI, PinFunPapua.com – Ketua Majelis Rakyat Papua Barat (MRP PB), Judson Ferdinandus Waprak, menyampaikan pesan moral yang mendalam kepada pemerintah dan seluruh elemen bangsa mengenai pentingnya mencintai Papua sebagai rumah damai dan cinta dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sebagai lembaga representatif kultural orang asli Papua, MRP Papua Barat menegaskan bahwa Papua merupakan bagian sah dan tak terpisahkan dari Indonesia. Oleh karena itu, seluruh elemen bangsa diajak untuk merawat tanah Papua dengan semangat cinta kasih, kebersamaan, dan keadilan sosial.
“Sebagai anak bangsa yang baik, mari kita mencintai Papua bukan hanya melalui pembangunan fisik, tetapi juga dengan ketulusan hati. Papua adalah rumah kita bersama—rumah damai dan cinta yang harus dijaga oleh seluruh komponen bangsa,” ujar Ketua MRP PB dalam pernyataannya di Manokwari.
Dalam pandangan MRP Papua Barat, menjaga keutuhan NKRI tidak hanya bergantung pada kekuatan hukum dan struktur pemerintahan, melainkan juga pada sejauh mana rakyat di seluruh pelosok negeri merasa dihargai, dilindungi, dan dicintai. Oleh sebab itu, pemerintah pusat maupun daerah diharapkan terus melahirkan kebijakan yang berpihak pada kemanusiaan, menghormati hak-hak masyarakat adat, serta mengangkat nilai-nilai budaya lokal sebagai kekuatan bangsa.
MRP Papua Barat juga menekankan bahwa pendekatan pembangunan di tanah Papua tidak boleh semata-mata berorientasi pada pertumbuhan ekonomi atau infrastruktur fisik. Pembangunan harus menyentuh aspek moral, sosial, dan spiritual sebagai pilar utama dalam membentuk identitas Papua sebagai tanah damai dalam pelukan Ibu Pertiwi.
“Pembangunan yang sejati adalah yang memanusiakan manusia. Kami ingin Papua dilihat sebagai wilayah yang tidak hanya kaya akan sumber daya alam, tetapi juga kaya akan nilai-nilai luhur yang menjunjung tinggi perdamaian dan cinta kasih,” imbuh Waprak.
Sebagai lembaga yang memiliki mandat untuk menjaga martabat orang asli Papua, MRP PB mengajak seluruh pemangku kepentingan—pemerintah pusat dan daerah, tokoh agama, tokoh masyarakat, serta organisasi masyarakat sipil—untuk terus memelihara Papua sebagai simbol perdamaian dan kasih sayang. Semangat kebinekaan dan persatuan bangsa Indonesia harus terus dikokohkan di Bumi Cenderawasih. (red)
PUISI
TAK HARUS SEDARAH UNTUK MENJADI SAUDARA
Su paling lama orang-orang di negara ini
permasalahkan perbedaan itu deng ini
mayoritas mau tekan minoritas
popularitas jadi politik di atas kertas
Apa kitong harus seagama
Baru bisa dibilang sesama
Apa kitong musti sedarah
Baru bisa dibilang saudara
Apa kitong harus sekandung
Baru bisa dibilang gandong
Apa kitong musti sesuku
Baru bisa dibilang satu tungku
Apa kitong musti seiman
Baru bisa saling cinta?
Apa kitong musti seajaran
Untuk saling mengerti perasaan
Kalau baku sayang sedangkal itu
Bagimana kasih bisa menyatu
Apa sa harus Jakarta
Baru bisa dibilang Indonesia
Apa sa harus makan nasi
Baru bisa disebut NKRI
Kalo keadilan seperti itu
Bagimana perasaan bisa menyatu
Apa kitong harus makan sawi
Untuk jadi manusiawi?
Apa kitong musti satu ras
Untuk jadi manusia waras?
Kalo kemanusiaan sedangkal itu
dan kebinatangan sedalam laut
bagaimana cinta akan terselami?
Apa sa harus lahir di barat
Untuk bisa adil di timur?
Apa sa musti blajar di ibukota
Baru di desa dapat jatah?
Apa sa harus berpolitik
baru distrik dapat listrik?
Apa sa harus punya investasi
Baru dianggap punya kontribusi
Apa sa musti punya tambang
Baru dibilang bisa menyumbang
Apa sa musti punya emas
Baru bisa jadi anak mas
Apa sa musti punya gas abadi
Baru bisa dapat subsidi
Apa kitong musti makan raskin
Baru dibilang orang miskin?
Kalo kehidupan sesempit itu
Lapang dada tra cukup tampung delapan huruf:
S E N G S A R A
(Judson Ferdinandus Waprak)