MANOKWARI, PinFunPapua.com – Selain Tuberkulosis (TBC), penyakit kusta dan malaria masih menjadi tantangan kesehatan di Papua Barat. Meskipun kusta jarang teridentifikasi di rumah sakit, kasusnya masih ditemukan di beberapa daerah, termasuk di Manokwari.
Direktur Rumah Sakit Provinsi Papua Barat, Dr. Arnoldus Tiniap, menjelaskan bahwa penyakit kusta sering kali tidak segera terdeteksi karena penderitanya cenderung menarik diri dari lingkungan sosial.
“Kusta masih cukup tinggi di Manokwari. Namun, banyak penderita yang tidak sadar bahwa mereka telah terinfeksi karena gejalanya tidak terlalu mencolok, seperti munculnya bercak-bercak pada kulit. Selain itu, stigma sosial membuat banyak pasien enggan memeriksakan diri ke rumah sakit,” ujarnya.
Sebagian besar kasus kusta lebih banyak ditemukan di Puskesmas atau melalui program yang dijalankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten. Namun, karena banyak penderita yang menarik diri atau menolak pengobatan, angka kasus kusta tetap tinggi.
“Kami sering menemui kasus di mana penderita kusta justru menghindari petugas medis yang ingin menjangkau mereka. Akibatnya, penyakit ini terus menyebar tanpa penanganan yang memadai,” tambahnya.
Selain kusta, Papua Barat juga masih menghadapi tantangan besar dalam menangani malaria. Penyakit ini tetap menjadi salah satu penyakit endemis yang paling banyak ditemukan di daerah tersebut, terutama di wilayah pedalaman dan daerah dengan sanitasi buruk.
Untuk mengatasi penyebaran penyakit infeksi, Rumah Sakit Provinsi Papua Barat telah menyiapkan bangsal khusus yang nantinya akan digunakan untuk merawat pasien dengan penyakit menular seperti TBC, malaria, dan kusta.
“Saat ini, pasien dengan penyakit infeksi masih dirawat dalam ruangan yang sama dengan pasien non-infeksi, seperti penderita jantung dan diabetes. Hal ini meningkatkan risiko penularan penyakit. Oleh karena itu, kami telah membangun bangsal khusus untuk memisahkan pasien-pasien ini,” jelas Dr. Arnoldus.
Bangsal tersebut sebenarnya sudah selesai dibangun sejak tahun lalu, namun hingga kini belum dapat dioperasikan karena masih membutuhkan tambahan tenaga perawat dan peralatan medis.
“Kami berharap dalam waktu dekat bangsal ini bisa segera digunakan. Dengan adanya ruang khusus ini, perawatan bagi pasien penyakit infeksi bisa lebih optimal, dan risiko penularan kepada pasien lain bisa ditekan,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan masyarakat bahwa tantangan kesehatan di Papua Barat saat ini semakin kompleks. Selain penyakit infeksi seperti TBC, malaria, dan kusta, kasus penyakit tidak menular seperti jantung, stroke, dan diabetes juga mulai meningkat.
“Kita belum menyelesaikan masalah penyakit infeksi seperti TBC, malaria, dan kusta, tetapi di saat yang sama penyakit tidak menular seperti jantung dan diabetes juga semakin banyak ditemukan. Oleh karena itu, kita harus menyelesaikan satu per satu agar masyarakat bisa lebih sehat,” katanya.
Dr. Arnoldus menambahkan bahwa penyakit infeksi umumnya berhubungan dengan faktor lingkungan dan kesadaran masyarakat terhadap pola hidup sehat.
“TBC, misalnya, sangat dipengaruhi oleh kondisi tempat tinggal dan kedisiplinan dalam minum obat. Jika kita tidak menyelesaikan masalah penyakit infeksi ini, maka kita akan kesulitan untuk fokus menangani penyakit tidak menular,” pungkasnya. (red)